Posted by : MentorKita
Kamis, 18 Agustus 2016
Keyword : Waktu, Kehidupan, Akhlak, Amal, Besaran
Penulis
: Maria
Oktaviani
Waktu
tak hanya merupakan besaran semata yang selalu berjalan ke depan, namun tanpa
disadari, besaran ini juga merupakan bekal atau potensi bagi tiap diri manusia
dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Siapakah manusia yang dimaksud? Tentu
saja kita, sebagai anak adam. Manusia dan waktu tentu saja memiliki korelasi
yamg penting, bagaimana tidak, bahkan Allah bersumpah demi nama masa bahwa
sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.
Betulkah kita berada dalam kerugian?
Sia-siakah masa-masa hidup kita di dunia ini? Kawan, hidup ini memang dinamis, makin
berjalannya waktu ini, makin sempitnya sisa umur bumi ini, dan semakin
mendekatnya kita kepada fase manusia yang terakhir, bahkan bumi pun semakin
tua, namun sayangnya, waktu tak pernah memberi kesempatan untuk menambahkan
walau sedikit saja tambahan waktu untuk bisa kita nikmati. Karena keadaan
dimensi hidup kita inilah, manusia sekarang begitu sibuk, manusia seakan
mrupakan makhluk yang penuh akan urusan duniawi.
Sahabat, dinamisnya hidup kita tentu
bukan tanpa alasan, kemajuan teknologi dan kemajuan “akal” manusia yang
terkadang di luar nalar kita sungguh mewarnai dimensi hidup kita. Akal? Ada apa
dengan akal? Ya, manusia dengan potensi akalnya yang masya Allah begitu
pintarnya bisa meracik antara waktu yang dia punya dengan segala potensi ilmu
yang dia miliki untuk bisa berinovasi dan lambat laun segala inovasi tersebut
telah mengubah peradaban dunia.
Lalu sebetulnya bagaimana hubungan
antara waktu dan manusia ini? Jelaslah bahwa hanya manusia yang bisa berkawan dengan
waktu lah yang bisa memegang peradaban dunia, hanya manusia yang bisa
memanfaatkan waktu dengan baiklah yang bisa menjadikan dirinya dikenang abadi,
namun, hanya manusia yang cerdas lah yang
bisa dengan cerdas mengambil kesempatan
dan memilih prioritas dengan tepat akan potensi waktu yang dia miliki.
Tahukah sahabat, hanya satu yang
membedakan antara manusia mulia dengan manusia yang papa , yakni waktu. Bagaimana
manusia mulia yang begitu cerdas memanfaatkan waktunya tentu akan berbuah manis
yang bahkan kita bisa ikut merasakan buahnya. Subhanallah kawan, bagaimana
mungkin kita mengaku ingin dicintai Allah dan RasulNya namun kita sering
berleha-leha dalam beribadah atau mengerjakan segala sesuatu tepat pada
waktunya.
Marilah, mumpung kita masih muda,
mumpung bara semangat ini masih kecil kemungkinannya untuk padam, mumpung
banyak saudara2 kita yang bisa kita jadikan panutan dan inspirasi dalam
berkarya, mari hargai waktu yang ada dan selalu berikhtiar secara konsisten
untuk menjadi muslim dan muslimah yang mulai di mata Allah. Hamasah!!
Allahu’alam